Sabtu, Maret 28, 2009

EArth hOUr


begitu liat di tipi ada iklan layanan tentang earth hour, gue jadi tertarik untuk ikutan. toh cuma satu jam dari jam 20:30 ampe 21:30. temen2 gue jg pada bicarain iklan itu siang harinya.termasuk nyokap gue.cuma dikira mami cuma 60 detik alias 1 menit.

"bukan, tapi 1 hour mom.."

dan mami langsung terdiam.."ya gak papa",katanya..

satu jam sebelumnya, gue chat ma temen2 yang pada ngekos. trus kita pada sepakat buat matiin lampu ngikutin iklan itu. yah itung2 hemat energi ama hemat biaya.begitu jam setengah sembilan kurang lima, kita pada say good bye.dan melenyapkan dunia perchatingan.

tepat jam 20:30. laptop gue udah mati, dan bergegas matiin semua lampu yang ada di rumah. lampu kamar gue, yang dah mati dari tadi, lampu belakang, lampu ruang makan, lampu teras, lampu jalan. mau matiin lampu musholla, masih ada papi lagi solat. jadi entar aja. lanjut matiin tipi yang masih ditungguin mami sambil merem. begitu tipi mati, mami langsung merem melek ngeliat sekitarnya udah pada gelap, trus tanya ma gue, " ada apaan??"

"udah jam setengah sembilan mami..inget ga??cuma satu jam ajah kok. gak papa ya.."kata gue sok jadi duta lingkungan.

"trus musholla ?? papi kan masih ngaji tuh"

"iah..ntar jg bs kan..bentar lagi jg selese."mantap..

gue tinggal mami dengan gaya merem meleknya yang khas.gue menuju kamar, menutup pintu dan bersemedi sambil dengerin radio lewat hape.gue ngeliat ruang kamar, gelap ya..

gak lama, gue denger kamar mami mengeluarkan bunyi2an. suara mesin. hiyaa, mami kok malah nyalain AC sih?wah gagal deh. tapi baru nyadar kalo kamar papi-mami belum dimatiin coz kalo udah mati, nyalanya nunggu bang toyib pulang dulu. padahal kan tiga kali puasa ma tiga kali lebaran..

ya udahlah, kasian mami.ntar jadi hiruk pikuk gara-gara kepanasan ditambah pukulan smash ke nyamuk yang berkeliaran di tengah ruangan yang gelap.

gak lama, pintu kamar gue terbuka. krieeettt...
tidaaaakk..bisik gue..lebay.
ternyata papi serta merta mengeluarkan beribu paertanyaan.lebay lagi.

"lampu jalan kok mati? emang mati?"dengan tasbih di tangan kanannya, dan rante di tangan kirinya buat ngiket anaknya kalo ternyata lampu depan gak gak bisa nyala gara-gara tingkah gue yang sok lingkungan.(ya gak lah!!)

"oh iya pi, itu dari tipi katanya disuruh matiin lampu satu jam. ampe setengah sepuluh aa kok. gak papa kan??"

"harus??"

"ya iya.."jawaban yang menurut gue fifty-fifty.

papi pergi ke singgasana kursi plastiknya deket jendela ruang tamu buat zikiran. karena banyak pikiran. ama buat syikiran(syukuran!peace papi..)

sementara gue matiin lampu musholla dan melanjutkan ertapaan gue di kamar. untung ya gak ada anjuran untuk ga boleh pake gadget apapun. huaa bisa gila..cuma mantengin foto gue yang imyut2 sambil mata dipelototin.

lima belas menit..
udah ganti channel radio beberapa kali..dan tiba2 gue denger penyiar lagi pada ngobrol..

I : wah untung ya kita siaran di surabaya. coba kalo di jakarta, kita gak bisa siaran. kan ada earth hour.
II : oh iya ya. itu yang disuruh matiin listrik selama satu jam ya?wah iya tuh. kalo misalnya surabaya juga, ntar kita bakal siaran ya pendengar semuanya, kita off dulu selama satu jam, so jangan dengerin kita ya..
I : ya jangan sampe deh..untung disini gak ya..

what??! jadi di surabaya gak? cuma di jakarta aja? percuma dunk.
gak papa d. buat bumi tersayang, apa sih yang gak.semangat..

30 menit..
lama juga ya ternyata..padahal tadi gue udah kasih semangat buat temen2 lain.
sebentar kok satu jam tuh..
eh gue sendiri ngeluh.haha.kirim sms ke temen2 pada gak bales. apa iya temen2 juga anti gadget??hiyaa..gue gak deh.bisa mati gaya.

45 menit..
daripada ngelamun yang nggak2. gue ngebayangin besok senen gue ma temen2 pada cerita gimana serunya malam ini. ato bahkan bakal ada paparazi yang wawancara gue kenapa ikutan earth hour.gue bakal jawab :"ya sebagai duta lingkungan, udah seharusnya gue dengan senang hati ngejalanin itu.bumi udah berbuat banyak buat kita, sekarang kita yang harus balas jasa. paling tidak membantu mengurangi global warming sedikit itu udah lebih baik daripada nggak sama sekali.bla..bla.."
hihihi..sapa juga yang mau wawancara gue ya? sapa tau aja..(tetep ngarep ya)

akhirnya selese juga..
gue idupin lagi semua lampu2 yang tadi udah gue buat mati suri. dengan kekuatan bulan..
hiyaaa..
ternyata susah ya untuk berbuat kebaikan. tapi apapun itu semua harus dilakukan dengan ikhlas. demi global warming yang nauzubillah, demi desa2 yang butuh listrik, demi generasi penerus yang butuh listrik, demi bumi lah..
dipikir lagi, enak kok suasana gelap tuh. adem. bs ngerasain hawa sekeliling. gak kepanasan. mata juga gak melulu sipit gara2 silau.
apalagi ya?
enak kali ya kalo ada pasangan??kan jadi romantis gitu..haha

ya apapun itu, selamatkan rumah kita, selamatkan bumi !!

kupu-kupu dalam perut

KUPU - KUPU ITU MELAYANG LEPAS
MEMBAWA ANGAN BEBAS
SEPERTI LANGIT TANPA BATAS

KUU - KUPU ITU MENARI DALAM PERUT
MEMBUAT SERTA HATI TURUT
MEMANDANG SEBUAH RAUT

BENTANGKAN SERPIHAN RINDU
DALAM KATA-KATA MENGHARU BIRU

DAN KUPU - KUPU KEMBALI SEMU..

Kamis, Maret 26, 2009

dalam kebimbangan


kemana ku harus berada


dalam kebutaan pagi ini


ku tak punya arah


bahkan angin tak mau memandu


secercah matahari pun tak nampak


aku,


hanya mendengar kesunyian


dalam hamparan kata-kata

..Dunia-Edan..

Dunia menjadi amat mewah
dengan ribuan baja,
Jutaan beton,
dan milyaran kemunafikan.

Dunia bahagia
melihat tiap langkah manusia
Dunia terbahak-bahak
bersama kebisingan mesin
Dunia bangga
karena lampu-lampu telah membuatnya
bersinar bak sebuah bintang

tapi duniaku sedih,
terisak-isak,
tersungkur,
melihat semua jadi EDAN..

Minggu, Maret 22, 2009

“Sekejap Mata”


Saat ku buka mata untuk yang pertama kalinya, ada sosok amat besar yang mengamatiku dengan wajah penuh senyuman. Dan alunan merdu di telingaku telah membawa kedamaian jiwa. Mengingatkanku akan sumpahku di hadapan yang Maha Bercahaya, lalu tiba-tiba aku merasakan cairan di sekujur tubuhku yang belum sempurna. Dan ruangan yang kutempati membuatku tak bisa bergerak dengan bebasnya ketika ku rasakan seluruh tubuhku sudah tak muat lagi di dalamnya. Aku harus keluar dari tempat itu, untuk menjemput hawa kebebasan. Tetapi udara di luar sangat dingin dan penuh dengan konsekuensi yang tak sepenuhnya seperti harapanku. Sehingga ku putuskan untuk memejamkan mataku sambil ditemani sayup-sayup alunan tadi. Aku terlelap.


Kini aku mengenal sosok yang memandangku waktu itu. Dia ayahku, dan alunan merdu itu adalah adzan. Lalu, sosok disebelahku adalah ibuku yang sedang memberikan air kehidupan yang telah menghapus dahagaku ini. Serta merta ia memelukku dengan kasih sayangnya yang lembut. Kedua orang tuaku begitu mencurahkan seluruh perhatiannya padaku. Pada pertambahan berat badanku, kesehatanku, helai rambut yang tumbuh di kepalaku, gigi mungil yang muncul dari gusiku, dan seluruh ucapan serta tingkah polaku.


Ku temui nenek dan kakekku, saudara-saudara ayah dan ibuku, anak-anak dari saudara-saudara ayah-ibuku, serta saudaraku yang lain. Begitu pula dokter dan suster yang menimbang beratku dan memberikan berbagai macam imunisasi, teman-teman satu angkatan kelahiran denganku. Rasanya semua menyenangkan berada di sini. Di dunia yang penuh realita.
Mataku kembali terbuka pagi ini. Dan aku harus mengenakan seragamku, mengikat tali sepatu yang berbulan-bulan aku mempelajarinya, membawa setumpuk buku pelajaran, dan bertemu hari serta kejadian baru di hadapanku. Memiliki teman satu bangku yang bisa ku ajak bekerja sama saat ulangan tiba, guru Matematika yang minta ampun galaknya, serta orang yang selalu menjahili dan memusuhiku.


Semakin bertambah usiaku, yang kata pak ustadz berarti pengurangan jatah hidup di dunia, semakin bertambah pengetahuanku, kemampuanku, dan tentunya pakaian yang sudah tak muat lagi. Bahkan ocehanku yang dulu membuat orang tuaku tertawa bahagia, kini justru sebaliknya. Kadang-kadang mereka menangisiku. Tapi mereka tetap sayang padaku dan terus mengucapkan namaku dalam setiap doa mereka. Aku mendengarnya suatu saat, hingga aku merasa harus berubah. Menjadi seorang yang dewasa.


Pilihan yang ku ambil untuk menjadi seorang dewasa, telah memberiku berjuta masalah yang tak henti-hentinya menimpaku. Inilah hidup, begitu kata orang bijak berkata bahwa hidup tanpa masalah sama saja mati. Dan aku menyadari inilah yang memberikan warna dalam hidupku, dan aku akan menjadi seseorang yang lebih baik ketika berhasil mengatasi masalah satu persatu.
Aku mengenal cinta. Ia yang telah membuatku salah tingkah. Mengajarkanku merasakan desir-desir saat bersentuhan dengannya. Memberikan senyuman terindahnya di setiap sudut hariku. Menginspirasikan banyak kata dalam pikiranku yang tumpah ruah dalam bentuk puisi. Dan mengantarkanku ke gerbang energi positif sehingga aku mampu melahap gelar akademisku serta pekerjaan yang ku raih. Ia pula yang memperlihatkanku akan cinta orang tuaku selama ini. Cinta tanpa henti. Cinta tanpa imbalan. Hingga saat terakhir ku pandangi wajah orang tuaku.
Ketika ku buka kembali mataku, di hadapanku duduk seorang pria yang mencintaiku. Dan dengan sorot mata yang tegas tapi memancarkan kekagumannya padaku, ia meminangku dengan mantap di depan penghulu. Seketika itu pula pipiku terasa hangat. Merasakan aliran bahagia dari ucapan suamiku. Dan mengetahui bahwa orang tuaku juga ikut tersenyum bahagia melihatku.


Tak ada yang abadi di dunia ini. Sekalipun meminta pada Yang Maha Berkuasa untuk memanjangkan usia, memberi kesehatan, dan segala kesejahteraan di dalamnya. Semua keputusan ada di tanganNya, segala yang dititahkan adalah harus tanpa bisa di tawar lagi. Aku seperti mengulang kejadian berpuluh-puluh tahun lalu saat ingin ku raup kebebasan jiwaku, dan kembali menatap Yang Maha Bercahaya.


Tapi aku harus menuntaskan kewajiban terakhirku. Memberikan kebebasan pada bayi mungilku yang telah mengajariku untuk lebih sabar. Sejak ada sesuatu yang bergejolak dan membuatku merasakan cairan hangat dan kecut dalam tenggorokanku hingga ku tumpahkan semuanya. Sejak ia hadir di dalam rahimku. Dan aku mulai membiarkan bobotku terus bertambah demi sebuah nyawa yang ingin melihat dunia.


Kini dengan tatapan dan nafasku yang terakhir, bayi mungilku telah menggantikanku meneruskan kehidupanku yang terhenti. Lalu ku pejamkan mata. Aku terlelap selamanya. Dan saat ku buka penglihatanku, sayup-sayup ku dengar alunan merdu surat Yasin dan tahlil menemani ragaku yang kaku di tengah ruangan.

Selasa, Maret 17, 2009

PILIH SAYA ! !


Ternyata gak hanya musim duren ato musim kawin yang menjamur di tengah kehidupan manusia Indonesia, tapi musim kampanye juga membuat hampir seluruh warga heboh. Kenapa aku bilang hampir seluruh? Ya karena gak semua warga Indonesia yang turut berbahagia menyambutnya. Terlebih warga yang merasa ga ada yang bisa diharapkan dari PEMILU tahun ini. Mereka menganggap semua gak akan merubah apapun. Harga-harga tetep aja mahal. Itulah makhluk halus karena lebih memilih warna putih yang notabene terkenal sebagai warna favorit dari makhluk halus ato dedemit. Peace…

Adanya perbedaan yang diterapkan pada PEMILU tahun ini membuat kondisi bangsa lebih marak. Apanya gak marak, banyak banget spanduk bergambar foto, nama, partai, dan tanda contreng. Ada yang foto dengan pose KTP, pose gingsul (gigi kuning semua muncul), pose artis, bahkan ada pula yang pose sangar. Hii ngeri..

Banyaknya modal yang dimiliki oleh sang caleg juga terlihat dari gedenya spanduk yang dipasang. Ada yang segede layar tancep, sedang-sedang aja, ato hanya segede buku tahunan anak-anak SMA.

Semua itu emang kelihatan marak, rame, tapi juga kumuh. Sori buat yang tersinggung. Tapi emang itu adalah kenyataannya. Gimana nggak kumuh, seluruh pinggir jalan terpampang foto-foto orang yang katanya bakal mengaspirasikan suara rakyat di DPR, tapi satupun kita gak kenal. Paling hanya beberapa gelintir, ato artis yang lagi pingin terjun payung ke kancah politik Indonesia. Pohon-pohon juga pada rusak semua ditempeli tulisan-tulisan “pilih saya untuk masa depan lebih maju”.

Okelah, kita harus menyadari bahwa Indoneia memang sebuah negara berkembang yang hingga usia 64 tahun masih saja terus berkembang. Walaupun wilayah kita malah semakin menyempit. Ya, aku sebagai calon peserta pemilu hanya bisa mengambil segi positif dari semua kenyataan yang ada. Anggep aja foto2 caleg itu mewarnai lingkungan kita dengan berbagai macam gaya narsisnya. Ato bendera-bendera partai yang berwarna-warni bisa membuat hidup kita lebih berwarna. Dan perbedaan cara memilih dengan mencontreng bisa membuat kita lebih dewasa. Karena gak semata-mata menyalurkan perasaan kita kalo lagi marah dengan mencoblos sekuat tenaga hingga kertas suara robek. Kita bisa lebih sabar untuk membuat tanda senyuman dalam memilih partai. Btw, kata mencontreng tuh diambil dari mana ya??

Jangan lupa untuk mencontreng ya…satu suara kamu bisa mempengaruhi semua perubahan yang ada. Tetep optimis kalo kita bakal berubah lebih baik. INDONESIA BISAAAA..

Dan yang pasti aku mau bilang, jangan lupa pilih saya sebagai orang yang paling cantik, paling imut, paling baik, paling konyol, paling narsis, ato paling kamu sayangi. Gak perlu repot-repot mencontreng mukaku, cukup berikan komentar dan ketik REG spasi IPIK spasi MANIS kirim ke 6288.haha. transfer duit juga boleh, ntar ku kasih no.rekening. Peace..

Kamis, Maret 12, 2009

idealis vs realistis

apa si yang bisa kita bicarain tentang keduanya?



idealis..pasti sesuatu yang berasal dari pemikiran kita. dalam hal ini adalah apa yang kita inginkna sebagai tujuan hidup kita. baik dalam jangka panjang ataupun dalam jangka pendek.

biasanya dalam jangka panjang ada berupa kita mau hidp dengan bahagia. tentunya jadi dambaan semua orang kan?! kalo contoh jangka pendeknya kita ingin punya pekerjaan sesuai bidang minat kita.,



sekarang kalo sebagai mahasiswa? apa idealisnya? apa yang berhubungan dengan negara?



dari ospek maba yang dulu ku ikuti..mahasiswa itu adalah sebagai agen of change. dimana kita harus bisa membawa perubahan yang baik dan positif untuk negara kita, Indonesia.

tapi pada kenyataannya, memang sebagian bisa dibilang begitu.

sedangakan yang lain?? biasa aja. yang penting dirinya bisa dapet kerja itu saja setelah lulus.



kata orang dalam sebuah seminar kalo gak salah..

yang dimiliki mahasiswa hanyalah sebuah idealis. maka dari itu idealis tersebut harus djaga baik2 untuk mewujudkan cita2. masalah dana itu bisa diatasi. katanya begitu, seingatku. tapi kan trio kwek2 yang notabene nyanyi "katanya" udah bubar to? hehe



trus..

kalo pengalamanku sebagai mahasiswa. emang pernah kepikiran idealis itu nomor satu. tapi kita juga harus liat kenyataan yang ada.



contohnya aja. waktu ada tugas dari dosen. aku sempet mikir kalo aku harus bisa ngerjain sendiri yang otomatis aku ngerti apa yang dimaksud tugas itu.

tapi kenyataanya, temen2 yang lain pada nyontek jawaban dari semester yang lalu2. tanpa ada perubahan sedikitpun. ya paling perubahan dari namanya.

melihat hal itu, aku jadi ketinggalan donk. yang lain udah pada ngumpulin, sementara aku masih berkutat dengan pikiranku yang idealis pingin bisa. ya memang aku termasuk orang yang perfeksionis.tapi begitu masuk dalam kondisi yang demikian, ya aku jadi mikir lagi. mending aku hilangkan idealis aku untuk bisa dapet contekan dari temen2. selanjutnya aku bisa mempelajarinya sendiri. tapi lebih sering untuk gak mikir lagi tugas itu.hehe

so.. bagaimana seharusnya kita secara umum sebagai manusia dan secara khusus sebagai mahasiswa dalam menanggapi pemikiran kita dan kenyataan yang ada? apa lupakan idealis dan hadapi kenyataan sehingga kita semacam ikut arus?
atau pertahankan idealis walaupun kita sudah ketinggalan jauh?

ya mungkin salah satu pilihannya ya keduanya harus bisa jalan beriringan. semoga bisa.
dan kita harus bisa. seperti yang sering di bicarakan oleh bapak SBY kita. Indonesia BISA!!

Rabu, Maret 11, 2009

Salam dari Tuhan

Hujan masih bersenandung dalam derasnya.
Genderang alam bertabuh.
Abdi rindu.
Rindu bagai air bah yang tumpah.
Seperti api yang membakar.
Pun matahari dalam teriknya.
Jauh di dalam palung hati.
Lirih.
Berbisik.
Dimana sang pujaan hati?
Sementara angin mendesis.
Menyampaikan salam terindah untuk abdi.
Salam dari Tuhanmu.