Sabtu, Oktober 29, 2011

Sebuah sorE

Hampir semua orang suka hujan. Termasuk kamu, dan aku. Seperti sore itu, di pojok lorong kantor.

Sebuah jendela kaca menjadi latarnya. Semua menjadi tenang di sana. Tak ada alunan mesin printer, ketikan keyboard dering telepon, derap langkah kaki bersepatu, pun suara orang-orang berdiskusi. Sebuah gambaran sore yang kamu nantikan.

Aku tahu kamu sedang di sana. Seperti sebelumnya. Dan aku menyengaja pergi dari ruang kerjaku untuk menjumpaimu. Memberimu secangkir teh hangat yang masih ada kepulan asap di atasnya. Mengobrol santai, tawa-tawa renyah, sambil berdiri menatap jalanan yang basah.

Sudah beberapa kali kita seperti ini di akhir bulan. Dari yang hanya sekedar bertegur sapa, menghidangkan teh hangat dengan dua sendok gula, sampai akhirnya aku memberanikan diri menemanimu barang semenit hingga kamu habiskan teh buatanku. Dan kita pun bersentuhan.

Berdesir hatiku saat kau menepuk pundakku untuk yang pertama kalinya. Namun sore ini, kamu tiba-tiba menggelitik. Lalu tak tahan aku menerimanya, hingga hampir aku terjungkal ke belakang. Dan kamu dengan sigap menarik pinggangku, membawaku menuju dekapanmu yang hangat.

Tatapanmu menyihirku menjadi seorang cinderella sebelum pukul dua belas malam. Membinasakan jati diriku yang sebenarnya, membawaku menaiki level yang sama denganmu.

Kamu dan aku saling bertatapan, menyentuh ujung hidung, terbuai dengan alunan rintik hujan di balik jendela. Tak ada keraguan bagimu untuk mengecup lembut permukaan bibirku. Semakin dalam kamu memandangku, semakin manis kecupanmu. Tak kuasa, ku tutup mataku, membiarkan lengan kananmu melingkar lebih erat di pinggangku sementara tangan kirimu masih membawa secangkir teh yang sudah mendingin.

Aku menghentikan lumatan bibirmu, membuka mataku, mengembalikan posisiku. Membiarkanmu meneguk habis teh, lalu pergi membawa cangkir kosong itu. Juga hatiku yang kini penuh gejolak.

Tak ada yang perlu disalahkan. Aku hanya sebuah waktu penghibur penatmu. Datang di saat kamu butuh kawan. Berbagi semburat jingga, rintik hujan, jalanan basah, juga kepulan teh hangat. Itu saja. Aku dan kamu tak akan pernah bisa menjadi kita. Selamanya.